Channel: Kisah-Kisah Hikmah
Sultan Mesir pada masanya, Dzahir Baiber membuat taman di samping masjidnya lalu diberi nama 'Ghaitul Qitthoh' (taman kucing). Khusus untuk memberi makan kucing-kucing liar.
Beliau juga berwakaf khusus untuk taman tersebut di Kementrian Wakaf Kerajaan Mamlukiah Mesir pada masa itu agar terus mengurus kucing-kucing liar seumur hidupnya.
Ternyata Ghaitul Qittoh benar-benar masih terus eksis sampai abad 19 M. Sampai pakar orientalis inggris, Edward William Line menceritakan hal tersebut setelah kunjungannya ke Mesir.
📔 Al-Mujtama Al-Mishri Fi Ashri As-Salatin Al-Mamalik hal 85
hottg.com/kisah
انشأ السلطان الظاهر بيبرس سلطان مصر
بجوار مسجده بالقاهرة حديقة أطلق عليها " غيط القطة " لإطعام ورعاية القطط الشاردة فيها
واوقف وقفا لها في نظارة الأوقاف بالسلطنة المصرية المملوكية وقتها حتى تظل تخدم القطط الشاردة مدى الحياة.
وبالفعل ظلت حديقة غيط القطة تعمل وتخدم كل القطط حتى القرن التاسع عشر الميلادي فحكى عنها المستشرق الإنجليزي إدوارد وليم لاين بعد زيارته لمصر.
المصدر : المجتمع المصري في عصر سلاطين المماليك صفحة ٨٥
Beliau juga berwakaf khusus untuk taman tersebut di Kementrian Wakaf Kerajaan Mamlukiah Mesir pada masa itu agar terus mengurus kucing-kucing liar seumur hidupnya.
Ternyata Ghaitul Qittoh benar-benar masih terus eksis sampai abad 19 M. Sampai pakar orientalis inggris, Edward William Line menceritakan hal tersebut setelah kunjungannya ke Mesir.
📔 Al-Mujtama Al-Mishri Fi Ashri As-Salatin Al-Mamalik hal 85
hottg.com/kisah
انشأ السلطان الظاهر بيبرس سلطان مصر
بجوار مسجده بالقاهرة حديقة أطلق عليها " غيط القطة " لإطعام ورعاية القطط الشاردة فيها
واوقف وقفا لها في نظارة الأوقاف بالسلطنة المصرية المملوكية وقتها حتى تظل تخدم القطط الشاردة مدى الحياة.
وبالفعل ظلت حديقة غيط القطة تعمل وتخدم كل القطط حتى القرن التاسع عشر الميلادي فحكى عنها المستشرق الإنجليزي إدوارد وليم لاين بعد زيارته لمصر.
المصدر : المجتمع المصري في عصر سلاطين المماليك صفحة ٨٥
Forwarded from Nasehat Ulama
Bagaimana Bila Catatan Amalmu Diperlihatkan Kepada Allah ❓
📋 Diceritakan dari Ar Robi' bin Khutsaim rahimahullah ta'ala. Beliau pernah melewati anak-anak sekolah dasar yang sedang menangis, maka beliau bertanya:
"Apa yang membuat kalian menangis, anak-anak?"
Mereka menjawab : "Hari ini adalah Hari Kamis, hari dimana buku catatan kami diperlihatkan pada guru. Kami khawatir dia akan memukul kami."
Maka Ar Robi' pun menangis seraya berkata:
"Wahai jiwa yang lalai, bagaimana bila catatan amalmu diperlihatkan kepada Yang Maha Kuasa? "
📚Siyar As Salaf karya Al Ashbahani 257
💡حكي عن الربيع بن خثيم
رحمه الله تعالى :
” أنه مرَّ على صبيان في الكُتَّاب يبكون ، فقال :
مابالكم يا معشر الصبيان ؟ ، قالوا : إنَّ هذا يوم الخميس يوم عرض الكتاب على المُعلِّم فنخشى أن يضربنا ، فبكى الربيع ، وقال :
يا نفس كيف بيوم عرض الكتاب
على الجبار “
📚 المصدر :
[سير السلف للأصبهاني : 257]
📋 Diceritakan dari Ar Robi' bin Khutsaim rahimahullah ta'ala. Beliau pernah melewati anak-anak sekolah dasar yang sedang menangis, maka beliau bertanya:
"Apa yang membuat kalian menangis, anak-anak?"
Mereka menjawab : "Hari ini adalah Hari Kamis, hari dimana buku catatan kami diperlihatkan pada guru. Kami khawatir dia akan memukul kami."
Maka Ar Robi' pun menangis seraya berkata:
"Wahai jiwa yang lalai, bagaimana bila catatan amalmu diperlihatkan kepada Yang Maha Kuasa? "
📚Siyar As Salaf karya Al Ashbahani 257
💡حكي عن الربيع بن خثيم
رحمه الله تعالى :
” أنه مرَّ على صبيان في الكُتَّاب يبكون ، فقال :
مابالكم يا معشر الصبيان ؟ ، قالوا : إنَّ هذا يوم الخميس يوم عرض الكتاب على المُعلِّم فنخشى أن يضربنا ، فبكى الربيع ، وقال :
يا نفس كيف بيوم عرض الكتاب
على الجبار “
📚 المصدر :
[سير السلف للأصبهاني : 257]
Kesudahan Orang-Orang Yang Durjana, Selalu Terulang
Pasukan Tatar masuk ke negara-negara muslim tahun 1219 M. Saat itu, lebih dari 800.000 muslim terbunuh. Ahli sejarah Ibnul Atsir diminta untuk menuliskan tentang masa itu, tetapi beliau mengira bahwa ini adalah akhir alam semesta, sedangkan semua ini adalah tanda kiamat, dan menulis sejarahnya tidak akan berguna.
Tetapi pada akhirnya beliau tetap menulis dan berkata dengan perkataannya yang tersohor:
"Siapa kiranya yang mudah menulis tentang bencana Islam dan Muslimin? Siapakah yang menganggap gampang menyebut hal tersebut? Andai saja ibuku tidak pernah melahirkanku. Andai saja aku mati sebelum semua ini terjadi sedangkan aku lupa dan dilupakan.
Hanya beberapa tahun setelah itu, Tatar kalah pada Perang Ain Jalut di tangan Sultan Saifuddin Qutuz rahimahullah.
Allah taala berfirman:
Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul), padahal orang-orang itu lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa. (QS. Fatir: 44)
hottg.com/kisah
دخل التتار بلاد المسلمين عام ١٢١٩م فقتلوا أزيد من ٨٠٠ ألف مسلم، فطُلب من المؤرخ ابن الأثير تدوين هذه الفترة فظن أنها نهاية العالم، وأن هذه هي علامات الساعة، وأن تأريخ هذه الفترة لن يفيد، ولكنه كتبه وقال مقولته الشهيرة: "فمن الذي يسهل عليه أن يكتب نعي الإسلام والمسلمين؟ ومن الذي يهون عليه ذكر ذلك؟ فيا ليت أمي لم تلدني، ويا ليتني مت قبل هذا وكنت نسيًا منسيًا"
- بعدها بسنوات معدودة هُزم التتار فى معركة عين جالوت على يد الملك المظفر سيف الدين قطز رحمه الله.
قال تعالى: "أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَكَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا".
Pasukan Tatar masuk ke negara-negara muslim tahun 1219 M. Saat itu, lebih dari 800.000 muslim terbunuh. Ahli sejarah Ibnul Atsir diminta untuk menuliskan tentang masa itu, tetapi beliau mengira bahwa ini adalah akhir alam semesta, sedangkan semua ini adalah tanda kiamat, dan menulis sejarahnya tidak akan berguna.
Tetapi pada akhirnya beliau tetap menulis dan berkata dengan perkataannya yang tersohor:
"Siapa kiranya yang mudah menulis tentang bencana Islam dan Muslimin? Siapakah yang menganggap gampang menyebut hal tersebut? Andai saja ibuku tidak pernah melahirkanku. Andai saja aku mati sebelum semua ini terjadi sedangkan aku lupa dan dilupakan.
Hanya beberapa tahun setelah itu, Tatar kalah pada Perang Ain Jalut di tangan Sultan Saifuddin Qutuz rahimahullah.
Allah taala berfirman:
Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul), padahal orang-orang itu lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa. (QS. Fatir: 44)
hottg.com/kisah
دخل التتار بلاد المسلمين عام ١٢١٩م فقتلوا أزيد من ٨٠٠ ألف مسلم، فطُلب من المؤرخ ابن الأثير تدوين هذه الفترة فظن أنها نهاية العالم، وأن هذه هي علامات الساعة، وأن تأريخ هذه الفترة لن يفيد، ولكنه كتبه وقال مقولته الشهيرة: "فمن الذي يسهل عليه أن يكتب نعي الإسلام والمسلمين؟ ومن الذي يهون عليه ذكر ذلك؟ فيا ليت أمي لم تلدني، ويا ليتني مت قبل هذا وكنت نسيًا منسيًا"
- بعدها بسنوات معدودة هُزم التتار فى معركة عين جالوت على يد الملك المظفر سيف الدين قطز رحمه الله.
قال تعالى: "أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَكَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا".
Sepotong Sejarah Besar Kita
Ketika kaum muslimin (dengan 24rb pasukan) mengalahkan pasukan romawi (yang lebih dari 120rb pasukan) pada Perang Yarmuk, Raja Romawi, Heraklius gelisah dan sedih karena kekalahannya.
Ketika sebagian pasukannya sampai di Antakia, Heraklius berkata: "Celaka kalian, kabarkan kepadaku tentang orang-orang yang memerangi kalian bukankah mereka juga manusia seperti kalian?"
"Benar" Jawab mereka
"Lalu kalian lebih banyak ataukah mereka?"
Mereka menjawab "Bahkan kami berkali-lipat lebih banyak dari mereka dari sisi mana pun"
"Lalu apa yang membuat kalian kalah???"
Salah seorang tetua agung mereka menjawab pertanyaan sang raja berkata:
"Karena mereka shalat pada malam hari, puasa pada siang hari, memenuhi janji, menyuruh kepada kebaikan, melarang dari kemungkaran, dan adil di antara mereka.
Dan karena kita minum khomr, berzina, melanggar yang haram, mengingkari janji, merampas hak orang lain, berbuat zalim, menyuruh bebuat keji, melarang perbuatan yang diridhai Allah, dan merusak di bumi.
Heraklius berkata: "Kamu sudah jujur kepadaku."
📔 Al-Bidayah wan Nihayah
Lalu di mana posisi kita???
عندما هَزم المسلمون "جيش الروم البيزنطي" في "معركة اليرموك"
أصاب هرقل هَمٌ وغمٌ بسبب هزيمته في " اليرموك "
فلمّا قدمت فلول جيشه إلى أنطاكيا
قال هرقل: ويلكم أخبروني عن هؤلاء القوم الذين يقاتلونكم أليسوا بشرًا مثلكم..؟؟
قالوا :بلى
قال: فأنتم أكثر أم هم..؟؟
قالوا: بل نحن أكثر منهم أضعافا في كل موطن !
قال: فما بالكم تنهزمون..؟؟
فقال شيخ من عظمائهم : من أجل أنهم يقومون الليل ويصومون النهار ويوفون بالعهد ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويتناصفون بينهم ، ومن أجل أَنّا نَشرب الخمر ، ونزني ، ونركب الحرام ، وننقض العهد ، ونغصب ، ونظلم ، ونأمر بالسخط وننهى عما يرضي الله ونُفسد في الأرض.
فقال هرقل : أنت صدقتني..
فأين نحن الان مما كان عليه أجدادنا الفاتحين.. !!!!!
المصدر :
[البداية والنهاية /ابن كثير].
Ketika kaum muslimin (dengan 24rb pasukan) mengalahkan pasukan romawi (yang lebih dari 120rb pasukan) pada Perang Yarmuk, Raja Romawi, Heraklius gelisah dan sedih karena kekalahannya.
Ketika sebagian pasukannya sampai di Antakia, Heraklius berkata: "Celaka kalian, kabarkan kepadaku tentang orang-orang yang memerangi kalian bukankah mereka juga manusia seperti kalian?"
"Benar" Jawab mereka
"Lalu kalian lebih banyak ataukah mereka?"
Mereka menjawab "Bahkan kami berkali-lipat lebih banyak dari mereka dari sisi mana pun"
"Lalu apa yang membuat kalian kalah???"
Salah seorang tetua agung mereka menjawab pertanyaan sang raja berkata:
"Karena mereka shalat pada malam hari, puasa pada siang hari, memenuhi janji, menyuruh kepada kebaikan, melarang dari kemungkaran, dan adil di antara mereka.
Dan karena kita minum khomr, berzina, melanggar yang haram, mengingkari janji, merampas hak orang lain, berbuat zalim, menyuruh bebuat keji, melarang perbuatan yang diridhai Allah, dan merusak di bumi.
Heraklius berkata: "Kamu sudah jujur kepadaku."
📔 Al-Bidayah wan Nihayah
Lalu di mana posisi kita???
عندما هَزم المسلمون "جيش الروم البيزنطي" في "معركة اليرموك"
أصاب هرقل هَمٌ وغمٌ بسبب هزيمته في " اليرموك "
فلمّا قدمت فلول جيشه إلى أنطاكيا
قال هرقل: ويلكم أخبروني عن هؤلاء القوم الذين يقاتلونكم أليسوا بشرًا مثلكم..؟؟
قالوا :بلى
قال: فأنتم أكثر أم هم..؟؟
قالوا: بل نحن أكثر منهم أضعافا في كل موطن !
قال: فما بالكم تنهزمون..؟؟
فقال شيخ من عظمائهم : من أجل أنهم يقومون الليل ويصومون النهار ويوفون بالعهد ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويتناصفون بينهم ، ومن أجل أَنّا نَشرب الخمر ، ونزني ، ونركب الحرام ، وننقض العهد ، ونغصب ، ونظلم ، ونأمر بالسخط وننهى عما يرضي الله ونُفسد في الأرض.
فقال هرقل : أنت صدقتني..
فأين نحن الان مما كان عليه أجدادنا الفاتحين.. !!!!!
المصدر :
[البداية والنهاية /ابن كثير].
Kisah Imam Bukhari dan Perjalanan Menuntut Ilmu Hadis
Imam Bukhari, seorang ulama besar yang dikenal sebagai salah satu ahli hadis paling terpercaya, telah menjadi inspirasi bagi banyak orang di sepanjang sejarah. Namun, perjalanan hidupnya dalam menuntut ilmu bukanlah hal yang mudah, melainkan dipenuhi dengan tantangan dan pengorbanan.
Sejak usia belia, Imam Bukhari menunjukkan minat yang luar biasa terhadap ilmu agama, terutama hadis Nabi. Pada usia sekitar 10 tahun, ia mulai menghafal dan mempelajari hadis-hadis yang diajarkan oleh ulama setempat. Namun, kecintaannya pada ilmu membuatnya merasa bahwa ilmunya belumlah cukup. Maka, pada usia 16 tahun, Imam Bukhari memutuskan untuk berkelana mencari ilmu ke negeri-negeri yang jauh, meninggalkan keluarganya di Bukhara (kini wilayah Uzbekistan).
Imam Bukhari mengunjungi banyak kota besar di dunia Islam, seperti Baghdad, Makkah, Madinah, Mesir, dan Syam (Suriah), bertemu dengan para ulama besar dan mendengarkan hadis langsung dari mereka. Di setiap kota, ia mengumpulkan hadis, mencatat, dan memverifikasi kebenaran serta sanadnya (rantai periwayat hadis). Dalam perjalanan ini, Imam Bukhari mengalami berbagai kesulitan, mulai dari keterbatasan harta hingga tantangan fisik, karena pada saat itu, perjalanan antarnegara adalah sesuatu yang berat dan berisiko. Namun, ketekunan dan semangatnya untuk mendapatkan ilmu tak pernah surut.
Salah satu kisah terkenal dari perjalanan Imam Bukhari adalah ketika ia diuji oleh seorang ulama besar yang ingin mengetahui keakuratan hafalannya. Ulama itu mengacak susunan sanad dan isi hadis-hadis, lalu membacakannya kepada Imam Bukhari. Namun, dengan ketajaman hafalannya, Imam Bukhari mampu mengoreksi dan mengembalikan semua hadis itu ke susunan yang benar. Hal ini membuat para ulama kagum dan menegaskan bahwa Imam Bukhari memang seorang ahli hadis yang terpercaya.
Akhirnya, setelah bertahun-tahun mengumpulkan, memverifikasi, dan menyusun hadis, Imam Bukhari berhasil menyusun kitab Sahih al-Bukhari, sebuah karya yang hingga kini menjadi rujukan utama dalam hadis sahih (terpercaya) di kalangan umat Islam. Karya ini tidak hanya menjadi bukti keilmuan, tetapi juga bukti betapa besar pengorbanan yang dibutuhkan dalam mencari kebenaran.
Kisah Imam Bukhari mengajarkan kita tentang ketekunan, dedikasi, dan kesabaran dalam belajar agama. Beliau tidak sekadar mencari ilmu untuk pengetahuan pribadi, melainkan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam bagi umat. Perjuangan dan ketulusannya dalam menuntut ilmu menjadikannya teladan bagi para penuntut ilmu di segala zaman.
Sumber-sumber kisah Imam Bukhari:
📔 Siyar A'lam An-Nubala
📔 Tarikh Dimasyq
📔 Tarikh Baghdad
hottg.com/kisah
Imam Bukhari, seorang ulama besar yang dikenal sebagai salah satu ahli hadis paling terpercaya, telah menjadi inspirasi bagi banyak orang di sepanjang sejarah. Namun, perjalanan hidupnya dalam menuntut ilmu bukanlah hal yang mudah, melainkan dipenuhi dengan tantangan dan pengorbanan.
Sejak usia belia, Imam Bukhari menunjukkan minat yang luar biasa terhadap ilmu agama, terutama hadis Nabi. Pada usia sekitar 10 tahun, ia mulai menghafal dan mempelajari hadis-hadis yang diajarkan oleh ulama setempat. Namun, kecintaannya pada ilmu membuatnya merasa bahwa ilmunya belumlah cukup. Maka, pada usia 16 tahun, Imam Bukhari memutuskan untuk berkelana mencari ilmu ke negeri-negeri yang jauh, meninggalkan keluarganya di Bukhara (kini wilayah Uzbekistan).
Imam Bukhari mengunjungi banyak kota besar di dunia Islam, seperti Baghdad, Makkah, Madinah, Mesir, dan Syam (Suriah), bertemu dengan para ulama besar dan mendengarkan hadis langsung dari mereka. Di setiap kota, ia mengumpulkan hadis, mencatat, dan memverifikasi kebenaran serta sanadnya (rantai periwayat hadis). Dalam perjalanan ini, Imam Bukhari mengalami berbagai kesulitan, mulai dari keterbatasan harta hingga tantangan fisik, karena pada saat itu, perjalanan antarnegara adalah sesuatu yang berat dan berisiko. Namun, ketekunan dan semangatnya untuk mendapatkan ilmu tak pernah surut.
Salah satu kisah terkenal dari perjalanan Imam Bukhari adalah ketika ia diuji oleh seorang ulama besar yang ingin mengetahui keakuratan hafalannya. Ulama itu mengacak susunan sanad dan isi hadis-hadis, lalu membacakannya kepada Imam Bukhari. Namun, dengan ketajaman hafalannya, Imam Bukhari mampu mengoreksi dan mengembalikan semua hadis itu ke susunan yang benar. Hal ini membuat para ulama kagum dan menegaskan bahwa Imam Bukhari memang seorang ahli hadis yang terpercaya.
Akhirnya, setelah bertahun-tahun mengumpulkan, memverifikasi, dan menyusun hadis, Imam Bukhari berhasil menyusun kitab Sahih al-Bukhari, sebuah karya yang hingga kini menjadi rujukan utama dalam hadis sahih (terpercaya) di kalangan umat Islam. Karya ini tidak hanya menjadi bukti keilmuan, tetapi juga bukti betapa besar pengorbanan yang dibutuhkan dalam mencari kebenaran.
Kisah Imam Bukhari mengajarkan kita tentang ketekunan, dedikasi, dan kesabaran dalam belajar agama. Beliau tidak sekadar mencari ilmu untuk pengetahuan pribadi, melainkan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam bagi umat. Perjuangan dan ketulusannya dalam menuntut ilmu menjadikannya teladan bagi para penuntut ilmu di segala zaman.
Sumber-sumber kisah Imam Bukhari:
📔 Siyar A'lam An-Nubala
📔 Tarikh Dimasyq
📔 Tarikh Baghdad
hottg.com/kisah
Apakah kamu tahu siapa pemimpin Muslim yang menjadi penyebab masuknya 15 negara ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong?
Dialah penakluk Afrika Barat yang ketika menyerukan perang, diikuti oleh 500 ribu pasukan berkuda!
Ia adalah Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni, Amir Dawlah Murabithin setelah saudaranya, Amir Yahya bin Umar al-Lamtuni.
Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni adalah salah satu ulama Murabithin, yang menggabungkan kepemimpinan agama dan politik. Dalam dua tahun kepemimpinannya atas kelompok Murabithin setelah Syekh Abdullah bin Yasin, terbentuklah cikal bakal Negara Murabithin di wilayah utara Senegal dan selatan Mauritania, yang pada awalnya hanya berupa wilayah kecil yang hampir tidak terlihat di peta.
Saat memimpin gerakan Murabithin, terjadi perselisihan di antara beberapa suku Amazigh di wilayah antara Maroko dan Mauritania. Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni pun berangkat bersama sebagian Murabithin untuk menyelesaikan konflik tersebut, meninggalkan kepemimpinan Murabithin kepada sepupunya, Amir Yusuf bin Tasyfin, yang dikenal zuhud.
Setelah berhasil menyelesaikan konflik tersebut, Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni bergerak ke Afrika Barat untuk menyerukan Islam.
Ia menemukan suku-suku pagan yang sama sekali tidak mengenal Allah. Mereka menyembah pohon, berhala, dan benda-benda aneh. Beliau sangat prihatin dengan kondisi ini karena telah belajar dari gurunya, Abdullah bin Yasin, untuk memikul tanggung jawab dakwah dan membawa hidayah kepada seluruh manusia, bahkan yang bukan Muslim sekalipun.
Dengan membawa 7.000 orang, ia mengajarkan Islam kepada penduduk setempat. Mereka pun terkejut, bertanya-tanya: "Mengapa kami belum pernah mendengar tentang agama ini sebelumnya? Bagaimana kami bisa hidup jauh dari agama yang begitu menyeluruh ini?" Mereka sebelumnya hidup di pedalaman Afrika, melakukan praktik-praktik aneh, dan menyembah berhala tanpa mengenal Tuhan. Dengan kesabaran, Abu Bakar bin Umar terus berdakwah hingga banyak dari mereka yang memeluk Islam, meski sebagian lainnya menentang dan terlibat dalam peperangan panjang.
Abu Bakar bin Umar terus memperluas dakwahnya. Pada tahun 468 H (1076 M), setelah 15 tahun meninggalkan wilayah selatan Mauritania, ia kembali dan mendapati sepupunya, Yusuf bin Tasyfin, yang dulu ia tinggalkan di utara Senegal dan selatan Mauritania, telah menjadi penguasa atas Senegal, Mauritania, Maroko, Aljazair, serta memimpin 100 ribu pasukan berkuda dalam kekuasaan besar yang dikenal sebagai Dawlah Murabithin al-Kubra.
Abu Bakar bin Umar melihat Yusuf bin Tasyfin sebagai pemimpin yang zuhud, bertakwa, menguasai agama, politik, dan kepemimpinan. Maka, Abu Bakar bin Umar melakukan sesuatu yang sangat langka dalam sejarah Muslim. Ia berkata kepada Yusuf bin Tasyfin:
"Engkaulah yang lebih layak memimpin dibandingkan diriku. Engkau mampu mempersatukan umat dan mengelola negara. Adapun aku, telah merasakan manisnya membawa manusia masuk Islam. Maka, aku akan kembali ke pedalaman Afrika untuk terus berdakwah."
Setelah itu, Abu Bakar bin Umar melanjutkan dakwahnya di pedalaman Afrika, berpindah dari satu suku ke suku lainnya di Guinea-Bissau, Sierra Leone, Pantai Gading, Mali, Burkina Faso, Niger, Ghana, Benin, Togo, Nigeria, Kamerun, Afrika Tengah, Gabon, dan negara-negara lainnya.
Melalui perjuangannya, lebih dari 15 negara Afrika menerima Islam, hingga Dawlah Murabithin membentang luas dengan ribuan orang yang mencintai agama Allah dan siap membela Islam. Ketika ia menyerukan perang, sekitar setengah juta orang bergabung membela agama Allah.
Setelah menjalani kehidupan panjang yang penuh pengabdian kepada Allah, Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni gugur sebagai syahid dalam salah satu penaklukannya pada tahun 480 H (1087 M). Semoga Allah merahmatinya dan menerimanya sebagai syuhada.
Sumber:
📔Dawlah al-Islam fi al-Andalus oleh Muhammad Abdullah Anan.
📔Al-Tarikh al-Andalusi min al-Fath al-Islami ila Suquth Gharnatah oleh Dr. Abdurrahman Ali al-Hajji.
📔Nafh al-Tib karya al-Muqri.
hottg.com/kisah
Dialah penakluk Afrika Barat yang ketika menyerukan perang, diikuti oleh 500 ribu pasukan berkuda!
Ia adalah Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni, Amir Dawlah Murabithin setelah saudaranya, Amir Yahya bin Umar al-Lamtuni.
Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni adalah salah satu ulama Murabithin, yang menggabungkan kepemimpinan agama dan politik. Dalam dua tahun kepemimpinannya atas kelompok Murabithin setelah Syekh Abdullah bin Yasin, terbentuklah cikal bakal Negara Murabithin di wilayah utara Senegal dan selatan Mauritania, yang pada awalnya hanya berupa wilayah kecil yang hampir tidak terlihat di peta.
Saat memimpin gerakan Murabithin, terjadi perselisihan di antara beberapa suku Amazigh di wilayah antara Maroko dan Mauritania. Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni pun berangkat bersama sebagian Murabithin untuk menyelesaikan konflik tersebut, meninggalkan kepemimpinan Murabithin kepada sepupunya, Amir Yusuf bin Tasyfin, yang dikenal zuhud.
Setelah berhasil menyelesaikan konflik tersebut, Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni bergerak ke Afrika Barat untuk menyerukan Islam.
Ia menemukan suku-suku pagan yang sama sekali tidak mengenal Allah. Mereka menyembah pohon, berhala, dan benda-benda aneh. Beliau sangat prihatin dengan kondisi ini karena telah belajar dari gurunya, Abdullah bin Yasin, untuk memikul tanggung jawab dakwah dan membawa hidayah kepada seluruh manusia, bahkan yang bukan Muslim sekalipun.
Dengan membawa 7.000 orang, ia mengajarkan Islam kepada penduduk setempat. Mereka pun terkejut, bertanya-tanya: "Mengapa kami belum pernah mendengar tentang agama ini sebelumnya? Bagaimana kami bisa hidup jauh dari agama yang begitu menyeluruh ini?" Mereka sebelumnya hidup di pedalaman Afrika, melakukan praktik-praktik aneh, dan menyembah berhala tanpa mengenal Tuhan. Dengan kesabaran, Abu Bakar bin Umar terus berdakwah hingga banyak dari mereka yang memeluk Islam, meski sebagian lainnya menentang dan terlibat dalam peperangan panjang.
Abu Bakar bin Umar terus memperluas dakwahnya. Pada tahun 468 H (1076 M), setelah 15 tahun meninggalkan wilayah selatan Mauritania, ia kembali dan mendapati sepupunya, Yusuf bin Tasyfin, yang dulu ia tinggalkan di utara Senegal dan selatan Mauritania, telah menjadi penguasa atas Senegal, Mauritania, Maroko, Aljazair, serta memimpin 100 ribu pasukan berkuda dalam kekuasaan besar yang dikenal sebagai Dawlah Murabithin al-Kubra.
Abu Bakar bin Umar melihat Yusuf bin Tasyfin sebagai pemimpin yang zuhud, bertakwa, menguasai agama, politik, dan kepemimpinan. Maka, Abu Bakar bin Umar melakukan sesuatu yang sangat langka dalam sejarah Muslim. Ia berkata kepada Yusuf bin Tasyfin:
"Engkaulah yang lebih layak memimpin dibandingkan diriku. Engkau mampu mempersatukan umat dan mengelola negara. Adapun aku, telah merasakan manisnya membawa manusia masuk Islam. Maka, aku akan kembali ke pedalaman Afrika untuk terus berdakwah."
Setelah itu, Abu Bakar bin Umar melanjutkan dakwahnya di pedalaman Afrika, berpindah dari satu suku ke suku lainnya di Guinea-Bissau, Sierra Leone, Pantai Gading, Mali, Burkina Faso, Niger, Ghana, Benin, Togo, Nigeria, Kamerun, Afrika Tengah, Gabon, dan negara-negara lainnya.
Melalui perjuangannya, lebih dari 15 negara Afrika menerima Islam, hingga Dawlah Murabithin membentang luas dengan ribuan orang yang mencintai agama Allah dan siap membela Islam. Ketika ia menyerukan perang, sekitar setengah juta orang bergabung membela agama Allah.
Setelah menjalani kehidupan panjang yang penuh pengabdian kepada Allah, Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni gugur sebagai syahid dalam salah satu penaklukannya pada tahun 480 H (1087 M). Semoga Allah merahmatinya dan menerimanya sebagai syuhada.
Sumber:
📔Dawlah al-Islam fi al-Andalus oleh Muhammad Abdullah Anan.
📔Al-Tarikh al-Andalusi min al-Fath al-Islami ila Suquth Gharnatah oleh Dr. Abdurrahman Ali al-Hajji.
📔Nafh al-Tib karya al-Muqri.
hottg.com/kisah
Salah satu tokoh terburuk dalam sejarah adalah ‘Amr bin Luhay Al-Khuza’i, pemimpin Mekah pada masanya. Perintahnya seperti undang-undang bagi orang Arab. Dialah orang pertama yang mengubah agama bangsa Arab dari Hanifiyah (ajaran Nabi Ibrahim) menjadi penyembahan berhala, dengan membawa berhala ke Jazirah Arab untuk disembah selain Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Aku melihat ‘Amr bin Luhay menyeret ususnya di neraka."
Hingga saat ini, masih ada orang-orang seperti ‘Amr bin Luhay di zaman kita—semoga Allah melindungi kita dari mereka.
📔 Al-Bidayah wan-Nihayah
hottg.com/kisah
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Aku melihat ‘Amr bin Luhay menyeret ususnya di neraka."
Hingga saat ini, masih ada orang-orang seperti ‘Amr bin Luhay di zaman kita—semoga Allah melindungi kita dari mereka.
📔 Al-Bidayah wan-Nihayah
hottg.com/kisah
Forwarded from Nasehat Ulama
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Hati-hati dengan 'begal' Ramadhan
Teladan Keikhlasan
🎯 Apa ruginya bagi mereka jika Umar tidak mengenal mereka!
Dalam Kitab Al Bidayah wan Nihayah disebutkan bahwa:
Suatu hari, Sā'ib bin al-Aqra' datang menghadap Umar bin al-Khattab membawa kabar gembira: kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Nahawand.
Mendengar itu, Umar bertanya dengan penuh harap,
"Apakah Nu’man yang mengutusmu?"
Sā'ib pun menjawab,
"Wahai Amirul Mukminin, berharaplah Nu’man sebagai syahid di sisi Allah! Dia telah gugur."
Umar terdiam sejenak, lalu bertanya dengan suara bergetar,
"Celaka kau! Siapa lagi yang gugur?"
Sā'ib mulai menyebutkan satu per satu nama tokoh-tokoh terkemuka dan bangsawan yang ikut syahid dalam pertempuran. Kemudian, dengan suara lirih, ia menambahkan,
"Dan yang lainnya… mereka dari kalangan orang-orang biasa yang tak dikenal oleh Amirul Mukminin."
Mendengar itu, Umar menangis terisak dan berkata,
"Apa ruginya bagi mereka jika Umar tidak mengenal mereka? Bukankah Allah mengenal mereka?"
🎯 Begitu pula Imam adz-Dzahabi dalam Tārīkh al-Islām menceritakan bahwa di dalam pasukan Harun ar-Rasyid, ada dua puluh ribu mujahid yang tidak mencatat nama mereka dalam daftar tentara dan tidak mengambil gaji, agar tak seorang pun mengenal mereka kecuali Allah!
hottg.com/kisah
جاءَ السَّائبُ بن الأقرع إلى عمر بن الخطاب يُبشِّره بالنَّصرِ في معركة نهاوند!
فقالَ له عُمر: النُّعمانُ أرسلكَ؟
وكان النُّعمان بن مُقْرنٍ قائد جيش المسلمين في المعركة!
فقالَ له السَّائبُ: اِحْتَسِبِ النُّعمانَ عند اللهِ يا أمير المؤمنين فقد استشهد!
فقالَ له عمر: ويلكَ، ومن أيضاً؟
فعدَّ السَّائبُ أسماءً من أعيان الناس وأشرافهم، ثمَّ قال: وآخرون من أفناء الناس لا يعرفهم أمير المؤمنين!
فبكى عمر وقال: وما ضرهم ألا يعرفهم عمر ؟! إنَّ الله يعرفهم!
يُحدِّثنا الإمام الذَّهبيُّ في كتابه تاريخ الإسلامِ بفخرٍ أنَّه كان في جيشِ هارون الرَّشيد عشرونَ ألفَ مجاهدٍ لا يكتبون أسماءهم في ديوان الجُند، ولا يأخذون مرتَّباتهم، كي لا يعلمهم أحدٌ إلا الله!
🎯 Apa ruginya bagi mereka jika Umar tidak mengenal mereka!
Dalam Kitab Al Bidayah wan Nihayah disebutkan bahwa:
Suatu hari, Sā'ib bin al-Aqra' datang menghadap Umar bin al-Khattab membawa kabar gembira: kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Nahawand.
Mendengar itu, Umar bertanya dengan penuh harap,
"Apakah Nu’man yang mengutusmu?"
Sā'ib pun menjawab,
"Wahai Amirul Mukminin, berharaplah Nu’man sebagai syahid di sisi Allah! Dia telah gugur."
Umar terdiam sejenak, lalu bertanya dengan suara bergetar,
"Celaka kau! Siapa lagi yang gugur?"
Sā'ib mulai menyebutkan satu per satu nama tokoh-tokoh terkemuka dan bangsawan yang ikut syahid dalam pertempuran. Kemudian, dengan suara lirih, ia menambahkan,
"Dan yang lainnya… mereka dari kalangan orang-orang biasa yang tak dikenal oleh Amirul Mukminin."
Mendengar itu, Umar menangis terisak dan berkata,
"Apa ruginya bagi mereka jika Umar tidak mengenal mereka? Bukankah Allah mengenal mereka?"
🎯 Begitu pula Imam adz-Dzahabi dalam Tārīkh al-Islām menceritakan bahwa di dalam pasukan Harun ar-Rasyid, ada dua puluh ribu mujahid yang tidak mencatat nama mereka dalam daftar tentara dan tidak mengambil gaji, agar tak seorang pun mengenal mereka kecuali Allah!
hottg.com/kisah
جاءَ السَّائبُ بن الأقرع إلى عمر بن الخطاب يُبشِّره بالنَّصرِ في معركة نهاوند!
فقالَ له عُمر: النُّعمانُ أرسلكَ؟
وكان النُّعمان بن مُقْرنٍ قائد جيش المسلمين في المعركة!
فقالَ له السَّائبُ: اِحْتَسِبِ النُّعمانَ عند اللهِ يا أمير المؤمنين فقد استشهد!
فقالَ له عمر: ويلكَ، ومن أيضاً؟
فعدَّ السَّائبُ أسماءً من أعيان الناس وأشرافهم، ثمَّ قال: وآخرون من أفناء الناس لا يعرفهم أمير المؤمنين!
فبكى عمر وقال: وما ضرهم ألا يعرفهم عمر ؟! إنَّ الله يعرفهم!
يُحدِّثنا الإمام الذَّهبيُّ في كتابه تاريخ الإسلامِ بفخرٍ أنَّه كان في جيشِ هارون الرَّشيد عشرونَ ألفَ مجاهدٍ لا يكتبون أسماءهم في ديوان الجُند، ولا يأخذون مرتَّباتهم، كي لا يعلمهم أحدٌ إلا الله!
Kisah Mengharukan Seorang Hamba yang Bersyukur di Tengah Ujian Berat
Al-Awza'i meriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad, ia berkata:
Suatu hari, aku keluar menuju pesisir laut untuk berjaga di perbatasan. Saat itu, tempat kami berjaga berada di daerah Arisy, Mesir. Ketika aku sampai di pantai, aku melihat sebuah rawa, dan di sana terdapat sebuah tenda. Di dalamnya ada seorang lelaki yang telah kehilangan kedua tangan dan kakinya, pendengarannya sudah lemah, penglihatannya hampir hilang, dan tak ada satu pun anggota tubuhnya yang berfungsi selain lidahnya. Namun, ia terus mengucapkan doa ini:
"Ya Allah, anugerahkanlah aku kemampuan untuk memuji-Mu dengan pujian yang layak sebagai ungkapan syukur atas nikmat-Mu kepadaku, dan atas karunia-Mu yang telah mengutamakan diriku dibandingkan banyak makhluk yang Engkau ciptakan."
Abdullah berkata:
Aku berkata dalam hati, “Demi Allah, aku akan mendatangi orang ini dan bertanya kepadanya: dari mana ia mendapatkan ucapan seperti itu? Apakah dari pemahaman, ilmu, ataukah ilham dari Allah?”
Lalu aku mendekatinya, mengucapkan salam, dan berkata:
"Aku mendengar engkau mengucapkan doa itu. Nikmat Allah yang mana yang engkau syukuri? Dan keutamaan apa yang telah Dia berikan kepadamu hingga engkau merasa layak memuji-Nya seperti itu?"
Ia menjawab:
"Tidakkah kau lihat apa yang telah Tuhanku lakukan padaku? Demi Allah, seandainya Dia menurunkan api dari langit lalu membakarku, memerintahkan gunung-gunung menghancurkanku, laut menenggelamkanku, dan bumi menelanku, aku tetap tidak akan berhenti bersyukur kepada-Nya karena nikmat yang luar biasa ini — yaitu lisanku."
"Namun, wahai Hamba Allah, jika engkau datang ke sini, aku ingin memohon satu hal. Seperti yang kau lihat, aku tidak mampu melakukan apa pun untuk diriku. Dahulu aku memiliki seorang anak kecil yang senantiasa merawatku: membantu berwudu saat waktu salat tiba, memberiku makan saat aku lapar, dan memberiku minum saat aku haus. Tapi, sudah tiga hari aku kehilangan dia. Tolong, carikan dia untukku. Semoga Allah merahmatimu."
Aku pun berkata, “Demi Allah, tidak ada langkah yang lebih agung pahalanya di sisi Allah daripada langkah seseorang yang menolong orang seperti dirimu.”
Lalu aku berangkat mencarinya. Tidak jauh dari tempat itu, di antara gundukan pasir, aku menemukan anak itu — telah diterkam oleh binatang buas, dan dagingnya telah habis dimakan...
Aku pun mengucap, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Hatiku gundah. Bagaimana aku bisa kembali membawa kabar seperti ini? Di tengah langkahku yang berat, tiba-tiba terlintas di hatiku kisah Nabi Ayyub ‘alayhis salam.
Saat aku kembali dan menemuinya, aku mengucapkan salam. Ia menjawab, lalu berkata:
"Bukankah engkau orang yang tadi?"
Aku menjawab, “Benar.”
Ia bertanya, "Bagaimana kabar tentang anakku?"
Aku berkata, “Aku ingin bertanya terlebih dahulu: siapakah yang lebih mulia di sisi Allah, engkau atau Nabi Ayyub?”
Ia menjawab, “Tentu saja Nabi Ayyub.”
Aku bertanya lagi, “Tahukah engkau ujian yang Allah timpakan kepadanya? Harta, keluarga, dan anak-anaknya semua hilang.”
Ia menjawab, “Ya.”
Aku bertanya, “Bagaimana sikap Ayyub terhadap Tuhannya?”
Ia menjawab, “Ia tetap sabar, bersyukur, dan memuji Allah.”
Aku melanjutkan, “Namun Allah tidak langsung meridhainya. Bahkan, Dia menjauhkan Ayyub dari kerabat dan orang-orang tercintanya.”
Ia mengangguk, “Benar.”
Aku bertanya lagi, “Bagaimana sikapnya kepada Tuhannya?”
Ia menjawab, “Ia tetap sabar, bersyukur, dan memuji Allah.”
Aku menambahkan, “Allah tidak juga meridhainya hingga menjadikan tubuhnya sasaran cemoohan orang-orang yang berlalu-lalang.”
Ia berkata, “Ya, aku tahu.”
Aku bertanya, “Dan bagaimana ia saat itu di hadapan Tuhannya?”
Ia menjawab, “Ia tetap sabar, bersyukur, dan memuji Allah. Ringkaslah, semoga Allah merahmatimu.”
Aku pun menundukkan kepala dan berkata pelan, “Anakmu... yang engkau minta aku carikan itu... aku menemukannya telah diterkam binatang buas dan dimakan. Semoga Allah membesarkan pahalamu dan menganugerahkan kesabaran kepadamu.”
Al-Awza'i meriwayatkan dari Abdullah bin Muhammad, ia berkata:
Suatu hari, aku keluar menuju pesisir laut untuk berjaga di perbatasan. Saat itu, tempat kami berjaga berada di daerah Arisy, Mesir. Ketika aku sampai di pantai, aku melihat sebuah rawa, dan di sana terdapat sebuah tenda. Di dalamnya ada seorang lelaki yang telah kehilangan kedua tangan dan kakinya, pendengarannya sudah lemah, penglihatannya hampir hilang, dan tak ada satu pun anggota tubuhnya yang berfungsi selain lidahnya. Namun, ia terus mengucapkan doa ini:
"Ya Allah, anugerahkanlah aku kemampuan untuk memuji-Mu dengan pujian yang layak sebagai ungkapan syukur atas nikmat-Mu kepadaku, dan atas karunia-Mu yang telah mengutamakan diriku dibandingkan banyak makhluk yang Engkau ciptakan."
Abdullah berkata:
Aku berkata dalam hati, “Demi Allah, aku akan mendatangi orang ini dan bertanya kepadanya: dari mana ia mendapatkan ucapan seperti itu? Apakah dari pemahaman, ilmu, ataukah ilham dari Allah?”
Lalu aku mendekatinya, mengucapkan salam, dan berkata:
"Aku mendengar engkau mengucapkan doa itu. Nikmat Allah yang mana yang engkau syukuri? Dan keutamaan apa yang telah Dia berikan kepadamu hingga engkau merasa layak memuji-Nya seperti itu?"
Ia menjawab:
"Tidakkah kau lihat apa yang telah Tuhanku lakukan padaku? Demi Allah, seandainya Dia menurunkan api dari langit lalu membakarku, memerintahkan gunung-gunung menghancurkanku, laut menenggelamkanku, dan bumi menelanku, aku tetap tidak akan berhenti bersyukur kepada-Nya karena nikmat yang luar biasa ini — yaitu lisanku."
"Namun, wahai Hamba Allah, jika engkau datang ke sini, aku ingin memohon satu hal. Seperti yang kau lihat, aku tidak mampu melakukan apa pun untuk diriku. Dahulu aku memiliki seorang anak kecil yang senantiasa merawatku: membantu berwudu saat waktu salat tiba, memberiku makan saat aku lapar, dan memberiku minum saat aku haus. Tapi, sudah tiga hari aku kehilangan dia. Tolong, carikan dia untukku. Semoga Allah merahmatimu."
Aku pun berkata, “Demi Allah, tidak ada langkah yang lebih agung pahalanya di sisi Allah daripada langkah seseorang yang menolong orang seperti dirimu.”
Lalu aku berangkat mencarinya. Tidak jauh dari tempat itu, di antara gundukan pasir, aku menemukan anak itu — telah diterkam oleh binatang buas, dan dagingnya telah habis dimakan...
Aku pun mengucap, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Hatiku gundah. Bagaimana aku bisa kembali membawa kabar seperti ini? Di tengah langkahku yang berat, tiba-tiba terlintas di hatiku kisah Nabi Ayyub ‘alayhis salam.
Saat aku kembali dan menemuinya, aku mengucapkan salam. Ia menjawab, lalu berkata:
"Bukankah engkau orang yang tadi?"
Aku menjawab, “Benar.”
Ia bertanya, "Bagaimana kabar tentang anakku?"
Aku berkata, “Aku ingin bertanya terlebih dahulu: siapakah yang lebih mulia di sisi Allah, engkau atau Nabi Ayyub?”
Ia menjawab, “Tentu saja Nabi Ayyub.”
Aku bertanya lagi, “Tahukah engkau ujian yang Allah timpakan kepadanya? Harta, keluarga, dan anak-anaknya semua hilang.”
Ia menjawab, “Ya.”
Aku bertanya, “Bagaimana sikap Ayyub terhadap Tuhannya?”
Ia menjawab, “Ia tetap sabar, bersyukur, dan memuji Allah.”
Aku melanjutkan, “Namun Allah tidak langsung meridhainya. Bahkan, Dia menjauhkan Ayyub dari kerabat dan orang-orang tercintanya.”
Ia mengangguk, “Benar.”
Aku bertanya lagi, “Bagaimana sikapnya kepada Tuhannya?”
Ia menjawab, “Ia tetap sabar, bersyukur, dan memuji Allah.”
Aku menambahkan, “Allah tidak juga meridhainya hingga menjadikan tubuhnya sasaran cemoohan orang-orang yang berlalu-lalang.”
Ia berkata, “Ya, aku tahu.”
Aku bertanya, “Dan bagaimana ia saat itu di hadapan Tuhannya?”
Ia menjawab, “Ia tetap sabar, bersyukur, dan memuji Allah. Ringkaslah, semoga Allah merahmatimu.”
Aku pun menundukkan kepala dan berkata pelan, “Anakmu... yang engkau minta aku carikan itu... aku menemukannya telah diterkam binatang buas dan dimakan. Semoga Allah membesarkan pahalamu dan menganugerahkan kesabaran kepadamu.”
Ia terdiam sejenak. Lalu berkata:
"Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan dari keturunanku seorang pun yang bermaksiat kepada-Nya, hingga kelak disiksa dalam api neraka."
Kemudian ia mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un", menarik napas panjang, dan wafat.
Aku pun menangis. Sungguh besar musibahku... Jika aku tinggalkan jenazah ini, ia akan dimangsa binatang buas. Tapi jika aku menetap, aku pun tak mampu berbuat banyak. Maka, aku menutup tubuhnya dengan kain yang ada, dan duduk di dekat kepalanya, menangis.
Tiba-tiba, datang empat orang lelaki. Mereka bertanya:
"Wahai hamba Allah, apa yang terjadi? Ceritakanlah padaku kisahmu."
Aku pun menceritakan semuanya.
Mereka berkata, "Bukalah penutup wajahnya, barangkali kami mengenalnya."
Ketika aku membukanya, mereka langsung tersungkur mencium matanya dan berkata:
"Inilah mata yang selalu tertunduk dari hal-hal yang haram."
"Inilah tubuh yang senantiasa bersujud di malam hari saat manusia terlelap."
Aku bertanya, “Siapa dia, semoga Allah merahmati kalian?”
Mereka menjawab:
"Ini adalah Abu Qilabah Al-Jarmi, murid dari Ibnu Abbas. Ia adalah orang yang sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya."
Kami pun memandikannya, mengkafaninya, menyalatinya, dan menguburkannya. Setelah itu mereka kembali, dan aku pun kembali ke tempat tugasku.
Malam pun datang. Ketika aku tertidur, aku melihatnya dalam mimpi, berada di sebuah taman surga. Ia mengenakan dua pakaian indah dari surga, dan sedang membaca firman Allah:
سلام عليكم بما صبرتم، فنعم عقبى الدار
"Salam sejahtera atas kalian karena kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." (QS. Ar-Ra’d: 24)
Aku bertanya, "Bukankah engkau sahabatku?"
Ia menjawab, “Benar.”
Aku bertanya, "Dari mana engkau mendapatkan semua ini?"
Ia berkata:
"Sesungguhnya Allah memiliki derajat-derajat yang tidak bisa diraih kecuali dengan kesabaran saat tertimpa musibah, rasa syukur terhadap kenikmatan, dan rasa takut kepada-Nya dalam kesendirian maupun di hadapan orang lain."
📔 Ats-Tsiqat – Ibnu Hibban
📔 Ash-Shabr wa Ats-Tsawab – Ibnu Abi Dunya
📔 Tarikh Dimasyq – Ibnu Asakir
📔 Siyar A’lam An-Nubala – Adz-Dzahabi
Ya Allah, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah Yang Maha Pengasih di antara para pengasih.
hottg.com/kisah
"Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan dari keturunanku seorang pun yang bermaksiat kepada-Nya, hingga kelak disiksa dalam api neraka."
Kemudian ia mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un", menarik napas panjang, dan wafat.
Aku pun menangis. Sungguh besar musibahku... Jika aku tinggalkan jenazah ini, ia akan dimangsa binatang buas. Tapi jika aku menetap, aku pun tak mampu berbuat banyak. Maka, aku menutup tubuhnya dengan kain yang ada, dan duduk di dekat kepalanya, menangis.
Tiba-tiba, datang empat orang lelaki. Mereka bertanya:
"Wahai hamba Allah, apa yang terjadi? Ceritakanlah padaku kisahmu."
Aku pun menceritakan semuanya.
Mereka berkata, "Bukalah penutup wajahnya, barangkali kami mengenalnya."
Ketika aku membukanya, mereka langsung tersungkur mencium matanya dan berkata:
"Inilah mata yang selalu tertunduk dari hal-hal yang haram."
"Inilah tubuh yang senantiasa bersujud di malam hari saat manusia terlelap."
Aku bertanya, “Siapa dia, semoga Allah merahmati kalian?”
Mereka menjawab:
"Ini adalah Abu Qilabah Al-Jarmi, murid dari Ibnu Abbas. Ia adalah orang yang sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya."
Kami pun memandikannya, mengkafaninya, menyalatinya, dan menguburkannya. Setelah itu mereka kembali, dan aku pun kembali ke tempat tugasku.
Malam pun datang. Ketika aku tertidur, aku melihatnya dalam mimpi, berada di sebuah taman surga. Ia mengenakan dua pakaian indah dari surga, dan sedang membaca firman Allah:
سلام عليكم بما صبرتم، فنعم عقبى الدار
"Salam sejahtera atas kalian karena kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." (QS. Ar-Ra’d: 24)
Aku bertanya, "Bukankah engkau sahabatku?"
Ia menjawab, “Benar.”
Aku bertanya, "Dari mana engkau mendapatkan semua ini?"
Ia berkata:
"Sesungguhnya Allah memiliki derajat-derajat yang tidak bisa diraih kecuali dengan kesabaran saat tertimpa musibah, rasa syukur terhadap kenikmatan, dan rasa takut kepada-Nya dalam kesendirian maupun di hadapan orang lain."
📔 Ats-Tsiqat – Ibnu Hibban
📔 Ash-Shabr wa Ats-Tsawab – Ibnu Abi Dunya
📔 Tarikh Dimasyq – Ibnu Asakir
📔 Siyar A’lam An-Nubala – Adz-Dzahabi
Ya Allah, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah Yang Maha Pengasih di antara para pengasih.
hottg.com/kisah
Telegram
Kisah-Kisah Hikmah
Sejarah, Fenomenal, Biografi, Inspiratif, dll
Bukan Kekuasaan Dunia yang Kita Cari, Bukan Pula Demi Dunia Kita Bekerja -Abu Ubaidah bin Al-Jarroh
Suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu ingin meninjau langsung pasukan kaum Muslimin yang sedang berada di Syam (wilayah Syiria dan sekitarnya). Beliau pun menunggangi untanya dan melakukan perjalanan hingga tiba di perbatasan Syam.
Sesampainya di sana, beliau beristirahat di sebuah tenda milik panglima perang saat itu, yaitu Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Abu Ubaidah menyambut beliau dengan penuh hormat dan kehangatan. Saat itu bertepatan dengan waktu makan siang.
Lalu seseorang bertanya kepada Umar, “Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau ingin disuguhi makanan seperti yang dimakan pasukan, atau makanan seperti yang dimakan panglima pasukan?”
Umar menjawab, “Bawakan keduanya.”
Maka dihidangkanlah terlebih dahulu makanan pasukan. Ternyata isinya adalah daging yang dimasak berkuah (mirip semur) dan roti yang dicelupkan dalam kuah itu (tsarid).
Melihat itu, Umar bertanya, “Ini makanan pasukan?”
Mereka menjawab, “Benar, wahai Amirul Mukminin.”
Lalu Umar berkata, “Sekarang bawakan makanan panglima pasukan.”
Mereka pun membawakan makanan Abu Ubaidah: hanya remah-remah roti kering dan sedikit susu.
Melihat itu, Umar bin Khattab pun menangis. Beliau berkata,
“Benarlah (Rasullullah) yang menjulukimu sebagai ‘Aminu hadzihil ummah’—Orang yang paling dapat dipercaya di umat ini.”
Abu Ubaidah bin al-Jarrah pernah menjadi prajurit di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid ketika mereka sedang berjihad dan menaklukkan negeri-negeri. Suatu hari, Umar bin Khattab mengirim surat dari Madinah yang berisi keputusan untuk memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan panglima, dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai penggantinya.
Namun, ketika menerima perintah itu, Abu Ubaidah berkata kepada Khalid:
“Demi Allah, aku sebenarnya tidak suka memutus perjuanganmu ini. Bukan kekuasaan dunia yang kita cari, bukan pula demi dunia kita bekerja. Kita semua adalah saudara karena Allah.”
---
📔 Siyar A’lam an-Nubala’ dan Al-Bidayah wan-Nihayah karya Ibn Katsir, jilid ketujuh.
hottg.com/kisah
Suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu ingin meninjau langsung pasukan kaum Muslimin yang sedang berada di Syam (wilayah Syiria dan sekitarnya). Beliau pun menunggangi untanya dan melakukan perjalanan hingga tiba di perbatasan Syam.
Sesampainya di sana, beliau beristirahat di sebuah tenda milik panglima perang saat itu, yaitu Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Abu Ubaidah menyambut beliau dengan penuh hormat dan kehangatan. Saat itu bertepatan dengan waktu makan siang.
Lalu seseorang bertanya kepada Umar, “Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau ingin disuguhi makanan seperti yang dimakan pasukan, atau makanan seperti yang dimakan panglima pasukan?”
Umar menjawab, “Bawakan keduanya.”
Maka dihidangkanlah terlebih dahulu makanan pasukan. Ternyata isinya adalah daging yang dimasak berkuah (mirip semur) dan roti yang dicelupkan dalam kuah itu (tsarid).
Melihat itu, Umar bertanya, “Ini makanan pasukan?”
Mereka menjawab, “Benar, wahai Amirul Mukminin.”
Lalu Umar berkata, “Sekarang bawakan makanan panglima pasukan.”
Mereka pun membawakan makanan Abu Ubaidah: hanya remah-remah roti kering dan sedikit susu.
Melihat itu, Umar bin Khattab pun menangis. Beliau berkata,
“Benarlah (Rasullullah) yang menjulukimu sebagai ‘Aminu hadzihil ummah’—Orang yang paling dapat dipercaya di umat ini.”
Abu Ubaidah bin al-Jarrah pernah menjadi prajurit di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid ketika mereka sedang berjihad dan menaklukkan negeri-negeri. Suatu hari, Umar bin Khattab mengirim surat dari Madinah yang berisi keputusan untuk memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan panglima, dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai penggantinya.
Namun, ketika menerima perintah itu, Abu Ubaidah berkata kepada Khalid:
“Demi Allah, aku sebenarnya tidak suka memutus perjuanganmu ini. Bukan kekuasaan dunia yang kita cari, bukan pula demi dunia kita bekerja. Kita semua adalah saudara karena Allah.”
---
📔 Siyar A’lam an-Nubala’ dan Al-Bidayah wan-Nihayah karya Ibn Katsir, jilid ketujuh.
hottg.com/kisah
Wahai Laki-Laki, Jadilah Singa di Tengah Kumpulan Anjing dan Serigala!
Suatu ketika, datanglah seorang wanita ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Ia dikenal sebagai wanita yang sangat cantik. Ketika ia sedang melaksanakan salah satu ritual haji, yakni melempar jumrah, tampaklah dirinya oleh seorang penyair terkenal bernama Umar bin Abi Rabi’ah, yang memang dikenal sangat gemar menggoda dan menulis syair tentang wanita.
Pada malam pertama, Umar mencoba mendekatinya dan mengajaknya berbicara, namun wanita itu tidak menanggapinya sama sekali. Namun, Umar tidak menyerah. Pada malam kedua, ia kembali mencoba mendekati wanita itu. Kali ini wanita itu membentaknya dan berkata:
"Menjauhlah dariku! Aku sedang berada di tanah suci Allah dan di hari-hari yang penuh kehormatan!"
Namun Umar tetap bersikeras dan terus berusaha. Wanita itu pun mulai khawatir menjadi aib jika terlihat orang lain, maka ia memilih untuk pergi dan kembali ke tendanya. Malam itu, ia berkata kepada saudara laki-lakinya:
"Besok malam, temani aku keluar, tunjukkan padaku manasik haji."
Ketika Umar melihat wanita itu keluar bersama saudaranya pada malam ketiga, ia tidak berani mendekatinya. Ia hanya diam di tempatnya. Melihat hal itu, wanita tersebut tersenyum dan mengucapkan kalimat yang kemudian sangat terkenal:
"Anjing hanya berani menggonggong pada siapa yang tak punya singa,
Tapi mereka akan takut menghadapi auman singa buas yang garang."
Ketika kisah ini sampai ke telinga khalifah Abbasiyah, Abu Ja’far al-Manshur, beliau berkata:
"Andai seluruh wanita Quraisy mendengar kisah ini, pasti akan menjadi pelajaran berharga bagi mereka semua."
..............
Di salah satu negeri, hiduplah seorang wanita yang salehah dan bijaksana. Ia memiliki seorang anak perempuan. Setiap kali anak gadisnya hendak keluar rumah, wanita itu selalu berkata kepada putranya:
"Keluarlah bersama saudarimu. Sebab wanita tanpa laki-laki yang menjaganya dan membuka jalan untuknya, bagaikan domba di tengah kawanan serigala — bahkan serigala yang paling lemah pun akan berani menyerang
nya."
📚 Uyūn al-Akhbār, Ibn Qutaybah.
hottg.com/kisah
Suatu ketika, datanglah seorang wanita ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Ia dikenal sebagai wanita yang sangat cantik. Ketika ia sedang melaksanakan salah satu ritual haji, yakni melempar jumrah, tampaklah dirinya oleh seorang penyair terkenal bernama Umar bin Abi Rabi’ah, yang memang dikenal sangat gemar menggoda dan menulis syair tentang wanita.
Pada malam pertama, Umar mencoba mendekatinya dan mengajaknya berbicara, namun wanita itu tidak menanggapinya sama sekali. Namun, Umar tidak menyerah. Pada malam kedua, ia kembali mencoba mendekati wanita itu. Kali ini wanita itu membentaknya dan berkata:
"Menjauhlah dariku! Aku sedang berada di tanah suci Allah dan di hari-hari yang penuh kehormatan!"
Namun Umar tetap bersikeras dan terus berusaha. Wanita itu pun mulai khawatir menjadi aib jika terlihat orang lain, maka ia memilih untuk pergi dan kembali ke tendanya. Malam itu, ia berkata kepada saudara laki-lakinya:
"Besok malam, temani aku keluar, tunjukkan padaku manasik haji."
Ketika Umar melihat wanita itu keluar bersama saudaranya pada malam ketiga, ia tidak berani mendekatinya. Ia hanya diam di tempatnya. Melihat hal itu, wanita tersebut tersenyum dan mengucapkan kalimat yang kemudian sangat terkenal:
"Anjing hanya berani menggonggong pada siapa yang tak punya singa,
Tapi mereka akan takut menghadapi auman singa buas yang garang."
Ketika kisah ini sampai ke telinga khalifah Abbasiyah, Abu Ja’far al-Manshur, beliau berkata:
"Andai seluruh wanita Quraisy mendengar kisah ini, pasti akan menjadi pelajaran berharga bagi mereka semua."
..............
Di salah satu negeri, hiduplah seorang wanita yang salehah dan bijaksana. Ia memiliki seorang anak perempuan. Setiap kali anak gadisnya hendak keluar rumah, wanita itu selalu berkata kepada putranya:
"Keluarlah bersama saudarimu. Sebab wanita tanpa laki-laki yang menjaganya dan membuka jalan untuknya, bagaikan domba di tengah kawanan serigala — bahkan serigala yang paling lemah pun akan berani menyerang
nya."
📚 Uyūn al-Akhbār, Ibn Qutaybah.
hottg.com/kisah
Surga dan Ridha Allah Pantas untuk Dibayar dengan Jiwa dan Seluruh Harta Kita
Ketika Suhaib ar-Rumi ingin berhijrah, Quraisy berkata: Engkau datang kepada kami sebagai seorang yang miskin, lalu harta bendamu bertambah banyak di sini, dan sekarang kau ingin pergi membawa diri dan harta bendamu?
Suhaib menjawab: Apakah kalian mau melepaskan saya jika saya memberikan harta saya kepada kalian?
Mereka menjawab: Ya, kami akan melepaskanmu.
Suhaib mengatakan: Kalau begitu, saya menyerahkan harta saya kepada kalian.
Kabar ini sampai kepada Rasulullah ﷺ, dan beliau berkata: Sungguh, engkau telah mendapatkan keuntungan, wahai Abu Yahya.
Kemudian, turunlah ayat:
{وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ}
(Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah).
📔 Sirah Nabawiyah karya Ibn Hisyam.
hottg.com/kisah
Dalam kisah ini, kita melihat keteguhan iman Suhaib ar-Rumi yang rela mengorbankan harta demi agama dan cintanya kepada Allah.
Ketika Suhaib ar-Rumi ingin berhijrah, Quraisy berkata: Engkau datang kepada kami sebagai seorang yang miskin, lalu harta bendamu bertambah banyak di sini, dan sekarang kau ingin pergi membawa diri dan harta bendamu?
Suhaib menjawab: Apakah kalian mau melepaskan saya jika saya memberikan harta saya kepada kalian?
Mereka menjawab: Ya, kami akan melepaskanmu.
Suhaib mengatakan: Kalau begitu, saya menyerahkan harta saya kepada kalian.
Kabar ini sampai kepada Rasulullah ﷺ, dan beliau berkata: Sungguh, engkau telah mendapatkan keuntungan, wahai Abu Yahya.
Kemudian, turunlah ayat:
{وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ}
(Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah).
📔 Sirah Nabawiyah karya Ibn Hisyam.
hottg.com/kisah
Dalam kisah ini, kita melihat keteguhan iman Suhaib ar-Rumi yang rela mengorbankan harta demi agama dan cintanya kepada Allah.
Pertempuran Besar 🚨
#Bagian1
Pertempuran terakhir dalam sejarah dunia.
Kata pendeta Amerika Jimmie Swaggart dalam salah satu debatnya dengan Sheikh Ahmad Deedat رحمه الله:
(Saya berharap bisa berkata bahwa kita akan mendapatkan kedamaian, tetapi saya percaya bahwa Armageddon akan datang, dan kita akan memasuki hari-hari kelam).
Apa sebenarnya hari-hari kelam yang dibicarakan oleh kaum Nasrani?!
Dan apa kisah pertempuran besar yang diberitakan oleh Nabi?!
Pertempuran besar adalah perang yang besar yang akan terjadi antara Romawi dan kaum Muslim di akhir zaman, tepat sebelum kemunculan Dajjal.
Dalam hadis sahih yang diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Nabi ﷺ bersabda:
“Kalian akan berdamai dengan Romawi dalam perjanjian yang aman, kemudian kalian akan berperang melawan mereka dan mereka akan menjadi musuh yang ada di belakang kalian.”
Nabi ﷺ mengabarkan kepada kita tentang pertempuran besar yang akan terjadi di akhir zaman, yang dimulai dengan perjanjian damai antara kaum Muslim dan Bani Ashfar (Eropa dan Nasrani). Kita akan meninggalkan Romawi untuk sementara dan memerangi musuh lain yang lebih penting.
Kita semua tahu bahwa kita akan bersekutu, tetapi melawan siapa?! Dan mengapa Allah dan Rasul-Nya tidak menyebutnya?! Wallahua’lam
Bersambung...
hottg.com/kisah
#Bagian1
Pertempuran terakhir dalam sejarah dunia.
Kata pendeta Amerika Jimmie Swaggart dalam salah satu debatnya dengan Sheikh Ahmad Deedat رحمه الله:
(Saya berharap bisa berkata bahwa kita akan mendapatkan kedamaian, tetapi saya percaya bahwa Armageddon akan datang, dan kita akan memasuki hari-hari kelam).
Apa sebenarnya hari-hari kelam yang dibicarakan oleh kaum Nasrani?!
Dan apa kisah pertempuran besar yang diberitakan oleh Nabi?!
Pertempuran besar adalah perang yang besar yang akan terjadi antara Romawi dan kaum Muslim di akhir zaman, tepat sebelum kemunculan Dajjal.
Dalam hadis sahih yang diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Nabi ﷺ bersabda:
“Kalian akan berdamai dengan Romawi dalam perjanjian yang aman, kemudian kalian akan berperang melawan mereka dan mereka akan menjadi musuh yang ada di belakang kalian.”
Nabi ﷺ mengabarkan kepada kita tentang pertempuran besar yang akan terjadi di akhir zaman, yang dimulai dengan perjanjian damai antara kaum Muslim dan Bani Ashfar (Eropa dan Nasrani). Kita akan meninggalkan Romawi untuk sementara dan memerangi musuh lain yang lebih penting.
Kita semua tahu bahwa kita akan bersekutu, tetapi melawan siapa?! Dan mengapa Allah dan Rasul-Nya tidak menyebutnya?! Wallahua’lam
Bersambung...
hottg.com/kisah
#Bagian2
---
Kedua pihak akan beraliansi untuk menghadapi musuh ini (di mana Nabi tidak menyebutkan sifat dari musuh tersebut), dan yang penting bagi kita adalah bahwa umat Islam dan Kristen yang beraliansi bersama-sama akan menang. Kemudian, mereka akan kembali ke daerah yang disebut (Merj Dzi Tullul) di Syam (daerah hijau yang luas di mana kedua pasukan berkumpul).
Seorang lelaki dari keturunan Bani Asfar (Romawi) akan mengangkat salib dan mengatakan: Salib telah menang, maka seorang Muslim yang marah akan membunuhnya dan memecahkan salib tersebut. Selanjutnya, sekelompok orang Kristen akan berkumpul untuk membunuhnya, kemudian orang-orang Kristen berkhianat (dan ini adalah kebiasaan mereka sejak zaman dahulu) dan menyerang umat Islam, kemudian umat Islam berkumpul dan mengalahkan mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Kalian akan melakukan perjanjian damai dengan Romawi, lalu kalian akan menyerang musuh di belakang kalian, maka kalian akan mendapat pertolongan, akan menguasai, dan akan selamat, kemudian kalian akan kembali sampai turun di Merj Dzi Tullul. Ketika itu, seorang lelaki dari kalangan Kristen akan mengangkat salib dan mengatakan: 'Salib telah menang', maka seorang lelaki dari umat Islam akan marah dan membunuhnya. Pada saat itu, orang-orang Romawi akan berkhianat dan mengumpulkan diri untuk peperangan. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).
Bersambung...
hottg.com/kisah
---
Kedua pihak akan beraliansi untuk menghadapi musuh ini (di mana Nabi tidak menyebutkan sifat dari musuh tersebut), dan yang penting bagi kita adalah bahwa umat Islam dan Kristen yang beraliansi bersama-sama akan menang. Kemudian, mereka akan kembali ke daerah yang disebut (Merj Dzi Tullul) di Syam (daerah hijau yang luas di mana kedua pasukan berkumpul).
Seorang lelaki dari keturunan Bani Asfar (Romawi) akan mengangkat salib dan mengatakan: Salib telah menang, maka seorang Muslim yang marah akan membunuhnya dan memecahkan salib tersebut. Selanjutnya, sekelompok orang Kristen akan berkumpul untuk membunuhnya, kemudian orang-orang Kristen berkhianat (dan ini adalah kebiasaan mereka sejak zaman dahulu) dan menyerang umat Islam, kemudian umat Islam berkumpul dan mengalahkan mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Kalian akan melakukan perjanjian damai dengan Romawi, lalu kalian akan menyerang musuh di belakang kalian, maka kalian akan mendapat pertolongan, akan menguasai, dan akan selamat, kemudian kalian akan kembali sampai turun di Merj Dzi Tullul. Ketika itu, seorang lelaki dari kalangan Kristen akan mengangkat salib dan mengatakan: 'Salib telah menang', maka seorang lelaki dari umat Islam akan marah dan membunuhnya. Pada saat itu, orang-orang Romawi akan berkhianat dan mengumpulkan diri untuk peperangan. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).
Bersambung...
hottg.com/kisah
#Bagian3
---
Dan mulailah perang besar, di mana orang-orang Kristen akan berkumpul dengan delapan puluh bendera (80 pasukan) dari seluruh penjuru bumi, masing-masing pasukan tidak kurang dari 12 ribu jiwa (total hampir 1juta pasukan), dan mereka akan menguasai Syam dan berkumpul di Al-A'maq atau Dabiq. Umat Islam akan mengumpulkan pasukan dari orang-orang terbaik di muka bumi, dan mereka akan keluar dari Madinah menghadapi pasukan Kristen, seperti yang telah dinubuwatkan oleh Nabi ﷺ.
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: Kiamat tidak akan terjadi hingga orang-orang Romawi turun ke Al-A'maq atau Dabiq, dan akan keluar kepada mereka pasukan dari Madinah yang terdiri dari orang-orang terbaik di bumi pada saat itu. Ketika kedua pasukan saling berhadapan, orang-orang Romawi berkata: 'Biarkan kami bertarung dengan saudara-saudara kami yang telah keluar dari agamanya kepada Islam, tidak ada urusan kalian, wahai umat Islam, dalam perkara kami.' Maka, umat Islam menjawab: 'Tidak, demi Allah, kami tidak akan membiarkan antara kalian dan saudara-saudara kami; kami akan bertarung bersama mereka.' (Riwayat Imam Muslim).
Ibnu Kathir rahimahullah berkata: Dalam kalimat-kalimat nabawi ini terdapat bukti bahwa sebagian orang-orang Romawi (dari Eropa dan Amerika dalam bahasa zaman sekarang) akan masuk Islam dan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta beriman kepada Muhammad ﷺ, dan akan bergabung dengan barisan umat Islam dan bertarung bersama umat Islam, karena mereka termasuk dalam pasukan Islam yang agung ini.
Bersambung...
hottg.com/kisah
---
Dan mulailah perang besar, di mana orang-orang Kristen akan berkumpul dengan delapan puluh bendera (80 pasukan) dari seluruh penjuru bumi, masing-masing pasukan tidak kurang dari 12 ribu jiwa (total hampir 1juta pasukan), dan mereka akan menguasai Syam dan berkumpul di Al-A'maq atau Dabiq. Umat Islam akan mengumpulkan pasukan dari orang-orang terbaik di muka bumi, dan mereka akan keluar dari Madinah menghadapi pasukan Kristen, seperti yang telah dinubuwatkan oleh Nabi ﷺ.
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: Kiamat tidak akan terjadi hingga orang-orang Romawi turun ke Al-A'maq atau Dabiq, dan akan keluar kepada mereka pasukan dari Madinah yang terdiri dari orang-orang terbaik di bumi pada saat itu. Ketika kedua pasukan saling berhadapan, orang-orang Romawi berkata: 'Biarkan kami bertarung dengan saudara-saudara kami yang telah keluar dari agamanya kepada Islam, tidak ada urusan kalian, wahai umat Islam, dalam perkara kami.' Maka, umat Islam menjawab: 'Tidak, demi Allah, kami tidak akan membiarkan antara kalian dan saudara-saudara kami; kami akan bertarung bersama mereka.' (Riwayat Imam Muslim).
Ibnu Kathir rahimahullah berkata: Dalam kalimat-kalimat nabawi ini terdapat bukti bahwa sebagian orang-orang Romawi (dari Eropa dan Amerika dalam bahasa zaman sekarang) akan masuk Islam dan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta beriman kepada Muhammad ﷺ, dan akan bergabung dengan barisan umat Islam dan bertarung bersama umat Islam, karena mereka termasuk dalam pasukan Islam yang agung ini.
Bersambung...
hottg.com/kisah
#Bagian4
—-
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa pasukan Muslim akan terbagi menjadi tiga golongan dalam peperangan tersebut.
Golongan Pertama:
Beliau ﷺ bersabda: “Sepertiga dari pasukan ini akan melawan dan kemudian melarikan diri, dan Allah tidak akan menerima taubat mereka selamanya.”
Mengapa Allah tidak akan menerima taubat mereka? Karena mereka adalah pengkhianat yang keluar dari agamanya. Mereka tidak hanya melarikan diri dari medan perang dan mengkhianati Allah, Rasul-Nya, serta kaum Mukmin, tetapi juga disebutkan oleh para ahli tafsir bahwa mereka akan bergabung dengan pihak Romawi, karena mereka merasa akan meraih kemenangan, terpedaya oleh godaan setan. Inilah sifat pengkhianat dari dahulu, Allah tidak akan menurunkan pertolongan hingga barisan pasukan muslim bersih, terpisah menjadi dua kelompok: satu islam yang murni tanpa kekufuran dan kemunafikan, dan satu lagi yang benar-benar kafir tanpa iman dan kejujuran.
Golongan Kedua:
Beliau ﷺ melanjutkan: “Sepertiga dari mereka akan dibunuh, dan mereka adalah orang-orang yang paling baik di antara para syuhada di sisi Allah.”
Golongan Terakhir:
Adapun sepertiga yang tersisa dalam pasukan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda tentang mereka: ”Tinggallah sepertiga pasukan dan Allah akan memberikan kemenangan kepada mereka, dan mereka tidak akan terkena fitnah lagi.” (Mereka akan menang atas Romawi).
Bersambung...
hottg.com/kisah
—-
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa pasukan Muslim akan terbagi menjadi tiga golongan dalam peperangan tersebut.
Golongan Pertama:
Beliau ﷺ bersabda: “Sepertiga dari pasukan ini akan melawan dan kemudian melarikan diri, dan Allah tidak akan menerima taubat mereka selamanya.”
Mengapa Allah tidak akan menerima taubat mereka? Karena mereka adalah pengkhianat yang keluar dari agamanya. Mereka tidak hanya melarikan diri dari medan perang dan mengkhianati Allah, Rasul-Nya, serta kaum Mukmin, tetapi juga disebutkan oleh para ahli tafsir bahwa mereka akan bergabung dengan pihak Romawi, karena mereka merasa akan meraih kemenangan, terpedaya oleh godaan setan. Inilah sifat pengkhianat dari dahulu, Allah tidak akan menurunkan pertolongan hingga barisan pasukan muslim bersih, terpisah menjadi dua kelompok: satu islam yang murni tanpa kekufuran dan kemunafikan, dan satu lagi yang benar-benar kafir tanpa iman dan kejujuran.
Golongan Kedua:
Beliau ﷺ melanjutkan: “Sepertiga dari mereka akan dibunuh, dan mereka adalah orang-orang yang paling baik di antara para syuhada di sisi Allah.”
Golongan Terakhir:
Adapun sepertiga yang tersisa dalam pasukan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda tentang mereka: ”Tinggallah sepertiga pasukan dan Allah akan memberikan kemenangan kepada mereka, dan mereka tidak akan terkena fitnah lagi.” (Mereka akan menang atas Romawi).
Bersambung...
hottg.com/kisah
HTML Embed Code: